Saturday, April 16, 2011

...dan itu cukup bagi saya.

sebuah tulisan di blog seorang sahabat menohok saya. begini kalimat terakhir di artikel tersebut;
Dan saya masih gamang. Inikah jalan terbaik untuk saya beribadah kepadaNya?

jlebh!

bukankah itu juga pertanyaan yang selalu mengusik saya?

bagi kaum pekerja kantoran, datang pagi pulang sore (bahkan malam) adalah sebuah rutinitas yang terkadang menggiring kepada sebuah kepalsuan kebahagiaan. rutinitas itu pula yang secara perlahan membunuh diri kita yang sebenarnya. sayangnya, bagi banyak orang, termasuk saya saat ini, rutinitas itu adalah pilihan terbaik yang bisa dijalani.

Lantas, karena saya tidak bisa berkelit maka saya seringkali berbisik kepada hati saya: "it's oke do. semua hal yang layak untuk dijalani, layak pula untuk dilakukan dengan usaha terbaik"

saya paham, banyak sekali diantara kita yang tidak sedang menjalani hidup impiannya, cita-cita masa kecil juga panggilan hati terkecilnya. Saya paham, banyak diantara kita, merasa terjerumus dan berkecil hati. Saya juga dulu demikian.

kalau saya boleh berbagi (tentu boleh, karena ini blog saya. Retoris), kehidupan itu adalah sebuah perjalanan. Menetapkan tujuan yang benar adalah penting, menggapainya juga penting namun memaknai perjalanan tersebut jauh lebih penting.


Menjadi sahabat terbaik, rekan kerja yang bisa dipercaya, bawahan yang bisa diandalkan, atasan yang memanusiakan serta sekedar orang asing yang tersenyum manis sekali adalah ibadah saya di kantor... dan itu cukup bagi saya.

*sebuah catatan dari acara KPK (karyawan peduli karyawan) edisi 5